Archive for Oktober 2012

iLumination dan Color

Selasa, 09 Oktober 2012
Posted by ade rizal tosi
Model dari pencahayaan, dipakai untuk menghitung intensitas dari cahaya yang terlihat dari setiap posisi pada setiap permukaan benda yang terlihat oleh kamera. Ketika melihat sebuah benda, terlihat cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda, dimana cahaya ini merupakan intregrasi dari sumber-sumber cahaya serta cahaya yang berasal dari pantulan cahaya permukaan-permukaan yang lain. Karena itu benda-benda yang tidak langsung menerima cahaya dari sumber cahaya, masih mungkin terlihat bila menerima cahaya pantulan yang cukup dari benda didekatnya. Model sederhana dari sumber cahaya adalah sebuah titik sumber, dimana dari titik ini cahaya dipancarkan. Perhitungan pencahayaan bergantung pada sifat dari permukaan yang terkena cahaya, kondisi dari cahaya latar serta spesifikasi sumber cahaya. Tanpa adanya cahaya kita bagai berada di ruang yang gelap gulita tanpa dapat melihat apapun juga. Apa yang kita lihat pada benda adalah akibat dari pantulan cahaya ke benda tersebut yang kita tangkap dengan mata. SIFAT DASAR CAHAYA 1. Cahaya dapat menembus Cahaya dapat menembus bahan-bahan yang tidak padat seperti kain, kertas kalkir dan kaca sehingga kualitas kerasnya cahaya dapat dibuat lunak atau soft. 2. Cahaya dapat difokuskan Cahaya dapat kita salurkan kearah mana kita kehendaki, dia dapat dikumpulkan dan difokuskan agar kuantitasnya lebih besar lagi. Sebagai contoh adalah sinar Matahari yang difokuskan oleh surya kanta atau kaca pembesar. 3. Cahaya dapat dipantulkan Cahaya itu dapat pula kita belokan atau kita pantulkan dengan benda yang mempunya daya pantul yang tinggi seperti cermin, styrofoam, kertas perak dll yang lazim kita sebut dengan reflektor untuk menyinari bagian-bagian yang gelap. 4. Cahaya mempunyai warna Semua sumber cahaya mempunyai warna atau umumnya kita sebut dengan suhu warna dalam hitungan derajat Kelvin dan dapat diukur dengan Kelvin Meter / Color Meter. Semua sumber cahaya dimodelkan sebagai sumber titik yang dispesifikasikan dengan: _ Lokasi: Lokasi (x,y,z) dari sebuah sumber cahaya akan menentukan pengaruhnya terhadap sebuah objek. _ Intensitas: Intensitas cahaya menyatakan kekuatan cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya. Parameter ini merupakan angka, yang biasanya makin besar nilainya, makin terang sumber cahaya tersebut. _ Warna: Warna cahaya dari sumber ini akan mempengaruhi warna dari sebuah objek, jadi selain warna objek tersebut warna cahaya yang jatuh pada objek tersebut akan mempengaruhi warna pada rendering. Warna cahaya ini biasanya terdiri dari 3 warna dasar grafika komputer, yaitu: merah, hijau, biru atau lebih dikenal dengan RGB. Ambient Light cahaya latar/alam. Cahaya ini diterima dengan intensitas yang sama oleh setiap permukaan pada benda. Cahaya latar tersebut dimodelkan mengikuti apa yang terjadi di alam, diaman dalam keadaan tanpa sumber cahaya sekalipun, benda masih dapat dilihat. - Color (Warna) Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer. Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah. Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna). Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa dihadirkan dalam bentuk pigmen. Pengelompokan Warna - Warna netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama. - Warna kontras, adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang berseberangan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan menolah nilai ataupun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga. - Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. - Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman dsb. Warna sejuk mengesankan jarak yang jauh

Pelajar sudah seharusnya menuntut ilmu dengan belajar, ingat tujuan utama kalian sekolah yaitu menuntut ilmu setinggi langit, bahagiakan orang tua dan raih cita-cita. Bukan untuk meninggikan emosi dan sifat egois dalam diri yang akhirnya anarkis membunuh nurani kalian. Jika mengingat cita-cita dan harapan bangsa terhadap pelajar yang menginginkan pelajar Indonesia menjadi penerus dan ujung tombak pergerakan dalam kemajuan dan ketentraman bangsa, namun harapan itu sangat kontras dan berbanding terbalik dengan realita yang ada saat ini.
Tawuran pelajar tidak terjadi satu atau dua kali di Indonesia, melainkan sudah terjadi puluhan bahkan ratusan kali. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan yang teramat sering terdengar beritanya tentang tawuran pelajar disana. contohnya saja di Jakarta, sudah terjadi 157 kasus pada tahun 1992, mengalami peningkatan Tahun 1994 menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas (Bimmas Polri Metro Jaya), Pada 2010, tawuran pelajar tercatat berjumlah 28 kasus, sedangkan pada periode Januari - Agustus 2011, tawuran pelajar di Jakarta sudah tercatat sebanyak 36 kasus, dengan wilayah paling banyak di Jakarta Pusat (tempo). Dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan intensitas tawuran pelajar, apa yang salah dengan pendidikan di Indonesia? dimana guru dan kepala sekolah serta pemerintah ?
Perkelahian dari zaman batu sampai zaman teknologi canggih-pun tetap saja merugikan, fasilitas umum hancur, mobil dan sepeda motor milik orang lain juga jadi korban aksi anarksi ini, kegiatan belajar mengajar terhenti, dan yang sangat mengkhawatirkan adalah hilangnya rasa persaudaraan, nilai-nilai budi pekerti luhur antar sesama pelajar. padahal kekerasan sama sekali tidak ada untungnya, melainkan sangat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Faktor yang menjadikan seringnya tawuran pelajar ini bukan hanya dilihat dari satu sisi, melainkan banyak hal yang harus diperhatikan dalam menentukan faktor tersebut, diantaranya yaitu faktor psikologis, budaya, sosiologis dan rambu-rambu dalam sekolah.
Pelajar sudah masuk dalam kategori remaja, dan di kategori remaja inilah psikologi mereka sangat melonjak tajam, kenakalan remaja terlalu sering diperbincangkan, memang seperti itu. emosi yang sering meledak-ledak, rasa ingin hidup bebas, dan lain-lain. faktor psikologi inilah yang menjadi faktor utama terjadinya perkelahian atau tawuran pelajar. ditambah lagi faktor budaya di kalangan pelajar, hedonisme sudah menjadi budaya anak muda dan remaja, gaya ingin menikmati hidup dengan berfoya-foya dan melakukan hal yang melanggar hukum dan agama sekalipun demi terpuaskannya nafsu mereka. selanjutnya adalah pembentukan komunitas, kelompok atau geng untuk memperkuat pencitraan dan proteksi diri.
faktor lainnya seperti faktor internal, keluarga, ekonomi dan faktor lingkungan juga andil dalam mempengaruhi diri pelajar. pelajar yang tidak bisa menahan kesabaran mereka karena selalu diolok dari keluarga si miskin, akhirnya mereka berusaha mencari sesuatu yang bisa menjadikan tameng atau tempat berlindung, disinilah geng atau komunitas bergerak, berusaha melindungi anggota geng mereka. lingkungan tempat tinggal mereka juga mempengaruhi kepribadian, pelajar yang hidup di lingkungan agamis, cenderung jauh dari tawuran pelajar, sedangkan pelajar yang hidup di lingkungan texas atau lingkungan preman, maka kekerasan adalah hal biasa untuk mereka.
satu lagi yaitu faktor sekolah, sekolah jangan dijadikan sebagai tempat pencekokan teori-teori, untuk menjadikan pelajar bisa meraih jabatan di pekerjaannya kelak, demi eksistensi dan pencitraan sekolah tersebut, melainkan menjadi tempat belajar yang kondusif dengan menekankan pada proses, bukan pada hasil. karena, kemampuan pelajar untuk menyerap ilmu itu relatif atau berbeda tiap individu.sekolah juga harus memiliki tata tertib yang tegas, tidak loyo. karena tata tertib atau peraturan inilah yang akan membuat pelajar disiplin, jangan lupa pula tingkatkan pendidikan akhlak mereka karena tanpa itu, semua sia-sia.
Kalian adalah pelajar Indonesia, sudah seharusnya berusaha untuk menggapai cita-cita, berusaha membahagiakan orang tua yang sudah banting tulang membiayai pendidikan kalian. jangan sampai image Tawuran adalah Realita Pelajar Indonesia melekat pada diri kalian, pelajar Indonesia harus mampu membuktikan bahwa kalian bisa, singkirkan sifat egois dan emosi tinggi, demi tercapainya cita-cita.

Kendala yang merepotkan pihak yang berwajib :
1.      Pelaku tawuran di sekolah mendapat bekingan dari pihak yang memang memiliki power, sehingga pihak aparat keamanan tidak banyak berbuat banyak. Kedua sekolah yang gemar tawuran tersebut banyak yang merupakan anak pejabat sipil dan kemiliteran, dan terdiri dari anak pengusaha yang sudah barang tentu disebut “orang berduit”, sehingga besar kemungkinan hukuman dapat “dibeli” dengan pangkat dan rupiah. Ini sepertinya harus diteliti lebih lanjut walaupun dalam kenyataannya sudah terlanjur berkembang biak di masyarakat.
2.      Pihak keamanan, dengan demikian belum sepenuhnya menjalankan semangat reformasi yang “tidak pandang bulu” dalam menegakkan hukuman. Terlebih ketika terjadi aksi tawuran, polisi bukanlah menjadi pihak yang ditakuti  oleh para pelaku tawuran di Jakarta.
3.      Begitupula pihak sekolah, kedua sekolah tersebut hingga kini dikenal sekolah yang “relatif bebas”, belum mampu mengendalikan (baca: pembinaan) secara optimal. Tersebar kabar, bahwa penekanan dari “pihak atas” telah membuat kepala sekolah dan guru merasa “terjepit” dalam menerapkan peraturan sekolah, sehingga tidak mengagetkan bila Kakak Kelas lebih dihormati, bahkan ditakuti dibandingkan guru-nya sendiri. Seakan guru tidak memiliki “gigi” dihadapan siswa mereka sendiri.
4.      Tradisi kekompakan di setiap angkatan yang melembaga dan seringkali diikuti dengan tindakan bully dan kekerasan terus dilestarikan. Para “penggiat” tawuran, baik itu dari pelajar atau alumni, tidak sepenuhnya ditangani dengan pendidikan dan ketegasan yang proporsional oleh berbagai pihak yang terkait dan berwenang.


Welcome to My Blog
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Arsip Blog

- Copyright © aderizaltosi -Eureka 7 Ao- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -